Nama tokoh tokoh pahlawan itu cukup familiar di indera mereka. Bagaimana tidak, tak hanya filmnya saja yang berkeliaran bebas di televisi, aneka komik dan poster juga turut menghiasi toko-toko buku dan mal. Angka penjualannya dari waktu ke waktu tetap stabil alias tidak mengalami penurunan, bahkan cenderung meningkatkan minat konsumen.

Sekarang, anak-anak usia dini pun jika ditanya tentang siapa saja tokoh tokoh pahlawan yang disukainya, sederetan nama superhero luar negeri akan jadi jawabannya. Sementara, jika ditanya tentang Gundala Putera Petir, mereka jelas akan menjawabnya tidak tahu.
Atau seandainya mereka tahu, tapi itu bukanlah termasuk tokoh pahlawan favoritnya. Media memang memiliki peranan yang sangat penting dalam hal ini. Anak mengenal dan menyukai sesuatu hal berawal dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar.
Jika tontonannya saja lebih banyak berasal dari tokoh tokoh pahlawan luar negeri, otomatis di otak mereka akan lebih mudah mengingat tokoh-tokoh tersebut. Padahal jika kita telisik lebih jauh, banyak tokoh tokoh pahlawan lokal yang memiliki kekuatan tak kalah dengan luar negeri itu.
Tapi, memang nama-nama mereka sungguh tak familiar di telinga anak-anak. Bahkan, jika anak-anak disodori gambar mereka belum tentu langsung bisa mengenali gambar siapa itu.
Nama tokoh tokoh Pahlawan kartun lokal, di antaranya Gundala Putera Petir, Godam Manusia Besi, Aquanuus, Pangeran Mlaar, Caroq, Jin Kartubi, Kalong, Sembrani, Zantoro, Merpati, Saras 008, Panji Manusia Millenium, Gina, dan lain-lain.
Beberapa di antara tokoh tokoh pahlawan lokal ini memang terkenal di periode tahun 1970-an hingga 1990-an. Sayangnya, saat ini film-film dan komik-komik seperti itu sudah tidak beredar lagi. Jadi wajar saja jika anak-anak tidak mengenal tokoh-tokoh tersebut.
Demikian pula dengan para orangtua muda saat ini. Mereka tidak mengenalkan pada anak-anaknya, karena belum tentu para orangtua muda tersebut juga mengenal tokoh-tokoh itu.
Sementara tokoh tokoh pahlawan luar negeri sampai saat ini selalu muncul dengan berbagai tampilan-tampilan barunya. Termasuk pemanfaatan teknologi canggih dalam setiap performancenya di film. Belum lagi alur ceritanya yang mengikuti perkembangan zaman. Imajinasi-imajinasi yang ditawarkan mampu memikat para penontonnya.
Kenapa Tokoh tokoh Pahlawan Lokal Kurang Populer?
Beberapa alasan tokoh tokoh pahlawan lokal kurang populer, yaitu media komersil jarang ada yang mau menampilkan film superhero lokal, bagi sebagian produser film kurang menguntungkan untuk menggarap jenis-jenis film superhero lokal.Lalu, teknologi-teknologi yang digunakan dalam film masih sederhana, alur cerita dalam film masih monoton atau kurang pengembangan, kostum dan tampilan superhero belum ada perkembangan, dan superhero yang ditampilkan di sinetron-sinetron tema dan alur ceritanya kurang memiliki nilai pendidikan.
Apakah ada efek bagi perkembangan mental anak? Ya, segala sesuatu pasti ada dampaknya. Meski sama-sama tontonan yang menghasilkan tayangan berbau kekerasan, tapi pada beberapa tokoh superhero lokal terdapat muatan budaya Indonesianya.
Sebut saja tokoh pahlawan Caroq. Superhero hasil ciptaan Ahmad Thoriq pada tahun 1992 ini, namanya diambil dari budaya yang populer di daerah Madura. Namanya budaya carok dengan senjata khasnya, yaitu celurit.
Superhero ini pun memiliki kostum dari budaya lokal. Kostum yang digunakan, yaitu baju dengan lengan hitam dan di tengahnya bergambar garis-garis warna merah dan putih, seperti pakaian khas penduduk Madura. Tak lupa dua senjata celurit panjang menjadi kekuatannya.
Di beberapa adegan film dengan superhero dari luar negeri, seringkali disisipi adegan-adegan "intim" laki-laki dan perempuan. Misalnya adegan ciuman pada fim Spiderman. Tentunya sangat butuh sekali pendampingan dari orangtua untuk memberi penjelasan tentang adegan tersebut.
Atau jika film yang ditonton berupa DVD bisa diakali dengan mempercepat bagian yang terdapat adegan kurang baik untuk anak kecil. Pada tontonan film superhero lokal, adegan-adegan seperti itu hampir minim sekali, bahkan di beberapa film tidak ada. Sebab sudah ada penyaringan dari KPI sebelumnya.
Penggemar film-film superhero sendiri tak hanya didominasi anak kecil. Remaja hingga dewasa pun banyak yang masih menggemari film-film bergenre superhero.
Bahkan mereka yang berusia dewasa ini dapat disebut sebagai penggemar fanatik para superhero tersebut. Biasanya tak hanya hoby nonton filmnya, tapi juga hobi mengoleksi karikatur, mainan, poster, hingga berbagai jenis permainan lainnya.
Perkembangan Komik Tokoh tokoh Pahlawan Lokal
Tak ubahnya seperti film-filmnya, komik-komik superhero lokal juga banyak yang tak familiar lagi di masyarakat. Bahkan komik-komik tersebut sudah tak lagi menghiasi rak-rak komik laris di sejumlah toko buku ternama. Bagaimana tidak, gempuran komik-komik superhero, seperti Naruto, Dragonball, One Piece, dan masih banyak lagi menjadi top request komik di toko-toko tersebut.Padahal di era-era tahun 1970-an sampai 1990-an, selain sedang booming-boomingnya komik bergenre silat, juga booming komik-komik lokal, seperti Gundala Putera Petir, Gundam, Maza, dan komik lokal lainnya. Walau ide awal pembuatan tokoh-tokoh komik tersebut terilhami dari hadirnya tokoh-tokoh superhero luar negeri, tapi cukup mampu mengadaptasinya menjadi versi Indonesia.
Bahkan setting cerita, lawan-lawan, serta alur ceritanya pun lebih mencirikan khas Indonesia. Meski akhirnya cerita-cerita komik lokal tersebut harus mengalami stagnasi akibat munculnya komik-komik Jepang yang ide dan tokoh-tokohnya lebih variatif.
Akhirnya komik-komik lokal harus mengalah pada komik-komik manga dari Jepang. Inovasi-inovasi yang dilakukan komikus lokal pun sampai saat ini masih belum menjadikan perubahan yang signifikan bagi perkembangan komik lokal.
Namun, ada berita yang cukup membuat harapan kembali muncul. Ya, beberapa waktu lalu tepatnya di awal bulan Maret 2012, muncul komik baru hasil garapan anak bangsa. Komik bergenre superhero dengan menghadirkan tokoh superhero bernama Volt.
Komik ini cukup segar di tengah meredupnya komik-komik superhero lokal yang masih bertahan. Setidaknya dapat membangkitkan gairah komikus lokal untuk kembali berinovasi dengan tokoh-tokoh superhero lokal.
Diceritakan, komik garapan perusahaan komik Skylar Comic ini di dalamnya terdapat ide-ide cerita yang diambil dari kehebatan karakter pewayangan. Namun, ide tersebut juga tetap dikolaborasikan dengan unsur kehidupan modern.
Nama tokoh "Volt" diambil dari kekuatan super yang dimiliki sang superhero. Superhero tersebut digambarkan memiliki kekuatan dapat mengontrol elemen listrik dan petir. Menarik bukan?
Semoga komik lokal ini mampu bersaing dengan komik-komik luar negeri yang sudah merajai hampir di seluruh rak-rak komik laris di toko buku. Apalagi perusahaan komik Skylar Comic ini memiliki cabang perusahaan lain yang bergerak di bidang produksi film bernama Skylar Pictures.
Setidaknya, ada harapan siapa tahu suatu saat nanti komis lokal Volt tersebut dapat dijadikan sebuah film. Apalagi saat ini baru saja ada gebrakan munculnya film The Avenger yang menampilkan superhero luar negeri, dengan kecanggihan teknologi dalam sebuah kemasan cerita yang apik.
Harapan baru untuk menyajikan tontotan lokal dengan tokoh tokoh pahlawan kartun lokal pun semoga dapat membangkitkan para komikus dan produsen film negeri ini. Demi memberikan sebuah sajian tontonan baik bagi generasi muda dengan tak melupakan budaya sendiri.
Apalagi melihat sumber daya yang ada di Indonesia saat ini. Para senimannya dirasa sudah cukup mampu untuk menghidupkan kembali kejayaan tokoh tokoh pahlawan lokal ini agar mampu bersaing dengan tokoh pahlawan luar negeri.
0 comments
Post a Comment