Gaya Hidup
Gaya hidup yang mengedepankan perhatian kepada alam harus diterapkan sedini mungkin agar apa yang telah diterapkan itu akan menjadi satu kebiasaan. Kebiasaan ini akan menjadi pola hidup setiap hari sehingga tak harus repot lagi merasa malas atau merasa lelah melakukan segala sesuatu yang menunjukkan kalau alam itu memang harus dijaga. Alam yang terjaga akan lestari memberikan manfaat kepada manusia. Kalau semua manusia berpikir seperti itu, maka alam ini akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan. Tidak panas, tidak banyak polusi.
Kalau tidak banyak polusi, tidak banyak menimbulkan stres. Kalau tidak banyak menimbulkan stres, tidak banyak masalah. Semua terasa damai sentosa. Udara yang segar dengan kualitas yang sangat bersih pasti merupakan dambaan semua orang. Namun, mudahkan mendapatkan semua itu? Pasti tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Harus ada usaha bersama agar alam ini dapat memberikan manfaat yang maksimal kepada manusia. Bila yang menjaga alam hanya sebagian orang saja, maka sepertinya alam ini tidak cukup kuat menahan hantaman dari sebagian manusia yang lain. Saling menjaga kelestarian alam akan membuat alam bahagia. Jika alam bahagia, manusia juga ikut senang. Sayangnya, hal ini bagai lamunan. Bukti yang terpampang di depan mata adalah bahwa manusia semakin serakah dan semakin rakus membelah dan menggali apapun yang bisa diambil dari alam. Manusia seolah tak pernah merasa puas mengeksploitasi alam.
Semakin banyak kampanye untuk menyayangi alam, semakin banyak juga pengrusakan alam yang terjadi. Olah semua kampanye itu hanya masuk telinga kanan dan keluar lewat semua saluran tubuh, tidak hanya keluar dari telinga kiri. Inilah yang membuat alam semakin bersedih. Jangan heran kalau banjir bandang, tanah longsor, kebakaran hutan, dan segala macam bencana alam lainnya lebih sering lagi terjadi di bumi ini. Alam murka.
Apa yang seharusnya bisa menjadi gaya hidup, ternyata hanya menjadi sarana pengrusakan alam. Gaya hidup hijau sepertinya hanya impian sebagian orang yang peduli. Bagi yang tidak peduli, mereka tidak akan tergerak hatinya untuk sayang kepada alam. Bagi mereka alam adalah sumber penghidupan. Sumber penghidupan yang boleh digunakan semau mereka tanpa memikirkan apa yang akan terjadi dikemudian hari. Slogan bahwa alam itu adalah titipan anak cucu, sepertinya tidak membuat orang lantas menjadi sadar betapa mereka diharapkan berbuat sesuatu untuk melestarikan alam.
Perjuangan Masih Panjang
Perjuangan untuk membuat orang sadar bahwa alam ini sudah semakin rusak dan tidak boleh dirusak lagi agar alam tidak balas dendam, sepertinya masih merupakan perjuangan yang sangat panjang. Misalnya, bagi masyarakat pedesaan yang masih minim pengetahuan tentang konsep Go Green ini, membawa tas plastik sendiri ketika belanja dan memisahkan sampah, menjadi sesuatu yang tidak dianggap modern. Lucu memang. Padahal sebenarnya masyarakat desa itu malah sebenarnya yang tahu bagaimana memelihara alam karena memang mereka hidup lebih dekat alam. Pengaruh kehidupan modern telah membuat mereka lupa bagaimana memelihara alam. Benar-benar sesuatu yang sangat menyedihkan.
Masyarakat menengah ke atas malah yang sudah menjadikan hidup pola hidup serasi dengan alam sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Tapi bagi masyarakat pedesaan yang baru saja melek teknologi, gaya hidup seperti itu tak dianggap modern. Keadaan inilah yang kadang membuat banyak orang berpendapat bahwa pola hidup lebih bersahabat dengan alam itu itu hanyalah sebatas konsep dan sangat susah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa putus asa memang bisa dipahami mengingat bahwa masih banyak yang membuang sampah sembarangan dan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Asalkan tempatnya aman banjir dan longsor, ia tidak peduli dengan orang lain. Hidup dengan prinsip yang sangat egois ini semakin menjadi saja.
Membuang sampah sembarangan, menebang pohon tanpa memperhatikan keselamatan hutan dan habitat hutan bukanlah perkara besar bagi sebagian masyarakat yang belum tahu tentang konsep bersahabat dengan alam dan pentingnya mengetahui konsep ini demi keselamatan bersama. Kalau orang berpikir bahwa hanya tempatnya saja yang aman dari semua bencana alam dan ia tidak peduli tempat orang lain, itu sama saja dengan bunuh diri. Mungkin ia tidak tahu bahwa kalau di tempat lain terjadi bencana, bencana itu akan mempengaruhi tempat tinggalnya juga.
Cuci Otak
Konsep hidup bersahabat dengan alam ini memang tidak mudah dilakukan. Tetapi kalau konsep ini telah diterapkan sedari bayi, maka bayi-bayi itu akan tumbuh menjadi anak-anak yang terbiasa dengan hidup seperti itu. Mereka tentunya tidak merasa bahwa hal itu adalah satu beban karena memang mereka telah hidup seperti itu. Bagaimana dengan orang lain yang belum terbiasa, mungkin harus ada satu perlakuan khusus agar kesadaran itu tumbuh.
Agar konsep hidup bersahabat dengan alam ini tidak sekedar konsep, harus ada proses pencucian otak yang bisa dilakukan melalui pendidikan dan contoh yang diberikan oleh orang-orang yang lebih dulu paham tentang konsep ini. Bila pendidikan dirasa sudah cukup memberikan masukan kepada para peserta didiknya, lalu barulah buat sistem yang benar-benar membuat orang hidup dengan gaya sayang pada bumi dan lebih peduli pada alam dan lingkungan.
Jepang dan Singapura adalah contoh negara-negara yang berhasil membuat sistem yang mengharuskan semua penduduknya menjaga kesehatan dan kebersihan bersama. Sistem ini diikuti dengan penerapan sanksi yang sangat ketat tanpa pandang buluh. Gaya yang sedikit otoriter ini benar-benar tepat dan sangat mengena pada sasaran. Orang-orang Jepang tidak akan sembarangan membuang sampah karena mereka tahu kalau mereka membuang sampah sembarangan, hidup mereka akan susah.
Lahan yang sempit akan semakin terasa sempit manakala sampah-sampah itu tidak dikelola dengan baik. Kebersamaan dan saling memikirkan dampak yang akan diterima oleh orang lain, adalah salah satu cara membuat masyarakat sadar bahwa mereka tidak hidup sendiri dan mereka harus saling membantu agar harmonisasi kehidupan bisa didapatkan.
Bayangkan dulu, orang Singapura sangat suka meludah di sembarang tempat. Budaya yang sudah sangat berakar. Ternyata dengan sistem yang bagus, budaya kurang sehat ini dapat dihapuskan sampai ke akar-akarnya. Indonesia bisa juga seperti itu. Yang sulit memang menerapkan peraturannya. Larangan merokok saja masih banyak dilanggar oleh orang-orang yang berpendidikan. Mereka tidak merasa bersalah dan berdosa telah menyebarkan penyakit kepada orang lain. Dengan santainya mereka merokok di sembarang tempat. Bahkan di rumah sakit sekali pun masih ada yang tega merokok.
Bagaimana akan membuat negeri ini tertib kalau pucuk pimpinannya saja sering melanggar apa yang telah diundang-undangkan. Kalau pemimpin tidak bisa menjalankan peraturan yang sudah dibuat, bagaimana ia akan menegur anak buahnya yang melanggar hukum. Akhirnya hukum itu hanya menjadi seperti macan ompong yang tak berdaya.
Negeri ini membutuhkan pemimpin yang bisa berkomitmen dan sangat ketat dalam menerapkan semua peraturan. Untuk mendapatkan pemimpin seperti itu, semuanya harus dimulai dari rumah. Hidup bersahabat dengan alam juga harus dimulai dari rumah. Bukankah Go Green adalah sebuah konsep hidup yang sangat bagus bila diterapkan dengan saksama. Oleh karena itu, mulailah dari rumah.
Buatlah aturan yang tegas kepada seluruh anggota keluarga bagaimana cara menjaga kebersihan dan mendukung aktivitas yang mengarah ke alam. Selalu biasakan anak untuk menghabiskan makanannya dan memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman organik yang ada di sekitar rumah.
Komitmen juga sangat dibutuhkan. Tak mungkin keberhasilan diraih tanpa komitmen kuat yang dimiliki oleh orang-orang yang peduli dengan konsep hidup seperti ini. Setelah mempunyai komitmen, tentunya pengaruhnya akan menyebar hingga ke keluarga dan lingkungan tetangga. Pada dasarnya konsep Go Green ini memang perlu pembiasaan dan saling dukung satu sama lain.
0 comments
Post a Comment