Josep Guardiola, Legenda Terbaik FC Barcelona

No Comments
Hari ini tepat 43 tahun lalu lahir seorang bayi laki–laki di Santpedor, Barcelona. Laki–laki ini kemudian menjelma menjadi sosok yang sangat tidak terlupakan bagi seluruh cules di dunia ini apalagi mereka yang sudah mengikuti kiprah Barca sejak era Johan Cruyff. Dialah sang legenda hidup barca Josep Guardiola I Sala, mantan pemain dan pelatih FC Barcelona yang sukses di kedua perannya. Total 30 trofi ia sumbangkan bagi tim utama Barca baik sebagai pemain atau sebagai pelatih.

Josep Guardiola Legenda Terbaik FC Barcelona

Guardiola adalah seorang catalan sejati, ia sudah masuk ke Barca sejak umur 13 tahun. Bagaimana kiprah dan apa pengaruhnya yang ia berikan, berikut akan kami rangkum sedikit ceritanya sebagai kado untuknya.

Karir Bermain

Seminggu setelah menjadi pelatih kepala FC Barcelona, Johan Cruyff melakukan inspeksi mendadak ke Mini Estadi atau yang biasa dikenal orang sebagai tempat bermain para jugador muda Barca dan Barca B. Kala itu tim muda Barca dipegang oleh Carles Rexach yang tidak lain adalah kolega Cruyff saat ia masih aktif sebagai pemain di Barca pada tahun 1970an. Cruyff berkata pada Rexach kala itu “Siapa dia yang bermain sebagai gelandang kanan?” Rexach menjawab “Guardiola, ia pemain yang bagus dan cocok diposisi itu.

Cruyff mengacuhkan pendapat Rexach dan berkata “Pindahkan ia ke tengah lapangan dan jadikan pivot.”.Kala itu pivot atau yang saat ini dikenal sebagai gelandang bertahan namun sebagai otak permainan tim adalah hal yang sangat jarang bahkan nyaris tidak ada. Namun Guardiola bisa beradaptasi dengan cepat di posisi tersebut bahkan sukses. Inilah awal manis cerita Guardiola, akhirnya ia bisa berhasil menembus tim utama dan langsung menjadi andalan Cruyff sejak tahun 1990.

Pada awalnya Guardiola berhasil memperoleh tempat di tim utama karena mengisi absennya Guillermo Amor akibat suspensi, namun seiring performanya yang sangat memikat terutama untuk Cruyff (karena sangat nyetel dengan pola permainan) sejak musim 1991-92 ia selalu menjadi pilihan utama. Di usia yang relatif muda yaitu 21 tahun, ia sudah berhasil mengangkat Piala Champions pertama sepanjang sejarah Barca dengan mengalahkan Sampdoria di Final dengan skor 1-0. Setelah itu ia semakin berjaya bersama Barca dengan dua title La Liga beruntun. Total 4 titel La Liga beruntun di bawah asuhan Cruyff. Sayang di final Liga Champions tahun 1994 Barca tumbang dengan skor telak dari AC Milan dengan 4-0.

Setelah kejadian di Final liga champion 1994 tersebut perlahan pola permainan Cruyff mendadak seperti usang, alias mulai terbaca lawan akhirnya karir Cruyff berhenti di tahun 1996. Pergantian Cruyff ke Bobby Robson tidak menghilangkan posisi Guardiola di tim, ia tetap menjadi pilihan utama. Demikian juga ketika tongkat pelatih beralih ke Louis Van Gaal, meskipun sempat cedera parah di musim 1997/98 ia tetap menjadi pilihan utama, bahkan sejak musim 1998/99 ia menjadi kapten tim di bawah asuhan Van Gaal. Pada akhir musim 1997/98 Barca menolak tawaran sebesar 300 juta pesetas dari Parma dan Roma, setelah itu Guardiola justru memperpanjang kontrak hingga tahun 2001.

Era Baru Barca di bawah Van Gaal dimulai, ini menandakan era Baru juga untuk Guardiola karena ia resmi menjabat sebagai kapten tim hingga ia akhirnya memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya pada tahun 2001. Ia berkata butuh suasana dan tantangan baru selain itu juga Guardiola pernah berujar ingin memberi jalan kepada pemain muda yang bisa berkembang lebih baik jika sering mendapat menit tampil. Xavi Hernandez adalah pemain yang akhirnya mendapatkan hal tersebut.

Di penghujung karirnya suatu hari Guardiola pernah berkata pada Xavi “Kamu adalah pemain yang berkualitas, kamu akan lebih baik ketimbang saya di masa depan dan kamu benar–benar membuat saya harus cepat pensiun.

Saat itu Xavi hanya tertawa karena menurutnya perkataan Guardiola tidak lebih sekedar motivasi. Guardiola melanjutkan “Tapi sesaat kamu telah menjadi pemain inti, akan ada satu orang bisa membuat kamu lebih cepat pensiun” (sambil menunjuk ke seorang pemuda di tim junior – Andres Iniesta -). Sebuah kalimat yang kala itu mungkin tanpa makna, tapi kelak kedua pemain inilah kunci yang melambungkan jalannya sebagai pelatih.

Selepas dari Barca, ia berkelana ke Serie A, Brescia dan AS Roma adalah pemain yang pernah menggunakan jasanya. Selepas dari serie A, Guardiola bertualang ke liga Qatar tepatnya bersama klub Al Ahli pada tahun 2003, disana ia juga sempat menolak tawaran dari Manchester United, Manchester City dan Chelsea karena merasa akhir karirnya sudah dekat. Setelah 2 tahun di Qatar, Guardiola menuntaskan karir bermainnya di klub Meksiko bernama Dorados de Sinaola. Di Meksiko ia sempat dilatih oleh Juan Manuel Lillo yang dikenal sebagai sahabatnya sekaligus tempatnya menimba ilmu dasar–dasar kepelatihan.

Pada musim 1996-97, Guardiola pernah mendatangi ruangan ganti Juanma Lillo saat ia melatih Oviedo. Alasan Guardiola mendatangi Lillo adalah karena Guardiola kagum dengan skema permainan Oviedo. Singkat cerita ia bertukar nomer telepon dengan Juanma Lillo. sejak saat itu mereka sudah berteman akrab dan Guardiola memutuskan akan berhenti sebagai pemain setelah ia dilatih oleh Juanma Lillo. Inilah mengapa pada akhirnya Guardiola memutuskan bergabung dengan klub mexico tersebut yang dilatih oleh Juanma Lillo

Karir Melatih

Joan Laporta, Presiden Barca sebelum Sandro Rossel saat kampanye pemilihan presiden memiliki satu keinginan atau janji. Untuk meraih suara, ia menjanjikaan saat kelak Guardiola pensiun maka ia akan menjadikan Guardiola sebagai direkrut olahraga/teknik (yang saat ini dijabat Zubi). Namun kisah berjalan lain, sesaat setalah pensiun, Guardiola dikontak oleh Laporta agar ia bisa menepati janji kampanyenya, namun kala itu Guardiola berkata pada Laporta bahwa ia tidak ingin posisi dibelakang meja. Yang Guardiola inginkan adalah melatih. Singkat cerita ditunjuk lah Guardiola menjadi pelatih utama tim Barca B pada musim 2007/08.

Guardiola dinilai sukses menjadi pelatih kepala tim Barca B. Tidak hanya karena berhasil mengembalikan Barca B ke Segunda Division namun karakter permainan unik yang indah itu dan berhasil memperbaiki sistem pembinaan pemain di akademi La Masia menjadikan ia terpilih sebagai pelatih kepala tim utama sejak musim 2008/09.

Di La Masia, ia menciptakan tiga tahap pemain agar bisa promosi ke tim utama, pertama adalah menjadi pemain rotasi di Barca B, baik sudah di Barca B maupun masih di Juvenil. Tahap berikutnya si pemain diharapkan sudah paham dengan Barca B dan harus mampu menaikkan seluruh atribut permainannya. Di tahap ketiga, pemain sudah menjadi pemain kunci Barca B dan sesekali dipanggil ke tim utama. Tiga tahap ini mutlak dilalui oleh pemain yang ingin menembus tim utama, tercatat Pedro, Sergio Busquets, dan Jeffren adalah pemain–pemain pertama yang diorbitkan Pep.

Gebrakan pertama di musim 2008/09 saat menjadi pelatih, ia berniat mendepak tiga pemain kunci di era Frank Rijkaard, yaitu Deco, Ronaldinho dan Samuel Eto’o. Deco akhirnya dilepas ke Chelsea, Sedangkan Ronaldinho ke AC Milan. Khusus Ronaldinho banyak media yang berkata bahwa ia tidak masuk ke dalam skema Guardiola ditambah kelakuannya yang buruk di luar lapangan sangat tidak disukai oleh Guardiola. Namun demikian sejatinya Ronaldinho dan Guardiola sudah menemukan titik temu dan seharusnya Ronaldinho masuk ke skuad pada musim 2008/09 namun karena kesepakatan itu tercapai saat deal Barca dan AC Milan sudah 95% dan demi kebaikan klub akhirnya Ronaldinho resmi dilepas. Eto’o sendiri yang tadinya sempat ingin dibuang menunjukkan performa signifikan di pra musim akhirnya dipertahankan.

Di musim pertamanya ini Guardiola mengawali 2 match dengan buruk di liga, kalah 1-0 dari Numancia di laga pembukan dan seri 1-1 melawan Racing di Camp Nou. Performa Guardiola bangkit pasca dua pertandingan buruk dan memenangi 9 jornada berturut–turut. Keyakinan fans padanya mulai membaik dan puncaknya saat ia berhasil memenangi duel clasico pertamanya dengan skor 2-0 di Camp Nou pada jornada 15.

Di musim pertamanya, Guardiola mencapai sebuah hal yang sangat fenomenal, ia berhasil mengantar Barca treble winners dengan memenangi titel La Liga, Copa del Rey serta Piala Liga Champions. Guardiola juga mengantar Barca mepermalukan Madrid di kandangnya dengan skor 2-6 di musim ini. Cukup setahun waktu bagi Guardiola untuk menjadi orang yang paling dipuji oleh fans barca di serluruh dunia.

Di musim keduanya, ia kembali menorehkan hal yang sangat fenomenal, Barca diantar menjadi klub pertama di Eropa yang memenangi enam gelar berbeda dalam satu tahun. Berturut–turut Pep memenangi Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa, dan FIFA Club World Cup. Dia akhir musim ia berhasil mempersembahkan gelar ketujuh bagi Barca yaitu titel La liga ke 20 bagi klub. Dua musim pertamanya ini ia langsung menduduki pelatih tersukses ketiga sepanjang masa bagi Barca, dibawh Ferdinand Daucik (8 tropi) dan Johan Cruyff (11 tropi).

Di musim ketiganya ini Guardiola kedatangan musuh terbesarnya yaitu Jose Mourinho yang melatih sang rival yaitu Real Madrid. Musim ini juga ditandai dengan lima kali el clasico yang dijalani oleh Guardiola tanpa pernah kalah dalam waktu normal. Satu–satunya kekalahan terjadi saat final Copa del Rey dimana Barca kalah 1-0 lewat gol Ronaldo di extra time.

Partai kandang pertama di liga pada musim ini ditandai dengan kejutan terbesar dimana Barca kalah dari tim yang baru promosi yaitu Hercules. Kejadian menarik musim ini lainya terjadi pada 28 November 2010 saat Barca menghancurkan Almeria dengan skor 8-0. Atas hasil pertandingan ini, sahabat sekaligus mentor Guardiola yang menjadi pelatih Almeria yaitu Juanma Lillo dipecat. Di akhir musim total 3 tropi Guardiola sumbangkan ke lemari Barca yaitu Piala Super Spanyol, titel La Liga dan Piala Liga Champions. Tiga tropi ini membuat koleksinya hanya tertinggal 1 tropi dari legenda hidup Barca lainnya Johan Cruyff.

Dua partai terbaik di musim ini adalah saat Barca menghancurkan Madrid 5-0 di el clasico jilid pertama dan kemenangan 3-1 atas Manchester United di final Liga Champions. Dimana kedua partai itu bisa dibilang praktek terbaik skema tiki taka Barca selama dipegang Guardiola.

Musim 2011/12 ternyata menjadi musim terkahir sang fenomenal Josep Guardiola dalam menangani tim utama FC Barcelona. Setelah gagal di liga champoins akibat kalah agregat oleh Chelsea di semifinal pada april 2012, ia mengumumkan tidak akan memperpanjang kontrak dan akan beristirahat sejenak dari dunia sepakbola yang telah merenggut waktunya bersama keluarga. Namun demikian beberapa tahun kemudian banyak fakta – fakta yang memperlihatkan bahwa sejatinya Guardiola tidak sejalan dengan Presiden Barca yaitu Sandro Rosell yang merupakan musuh utama Joan Laporta. Guardiola bersama Johan Cruyff bisa dibilang membentuk 3 serangkai bersama Laporta, sehingga saat kedua temannya bersisian dengan Rosell bisa dipastikan Guardiola pun akan merapat ke kubunya. Pada akhir musim Guardiola berhasil menambah empat tropi bagi Barca, sehingga total koleksi tropinya sebagai pelatih selama 4 musim di Barca adalah 14 tropi. Guardiola pun resmi menggeser Cruyff sebagai pelatih tersukses sepanjang sejarah FC Barcelona. Sebuah pencapaian yang sangat luar biasa apalagi jika mengingat awal karirnya ditentukan oleh sang guru yatu Johan Cruyff.

Setelah sempat beristirahat setahun di Amerika, akhirnya Josep Guardiola memutuskan kembali ke dunia sepakbola, sejak awal musim 2013-14 ia resmi menjadi pelatih kepala tim terbaik di Jerman, Bayern Munchen. Sejauh ini dalam setangah musim pertama ia telah menyumbangkan 2 trofi yaitu european supercup dan FIFA club world cup.

30 Trofi Untuk Barca

Sangat sedikit di dunia sepakbola ini seorang pemain yang bisa sukses sebagai pelatih. Guardiola melebihi kedua ekspektasi tersebut, secara total ia menyumbang 30 tropi untuk Barca. Sebagai pemain ia merupakan salah satu pemain yang pertama kali memainkan fungsi gelandang pivot di eranya, sebagai pelatih ia dikenal dengan skema permainan yang menghibur serta penegembangan pemain muda berbakat yang sangat baik. Berikut rincian 30 tropi milik Josep Guardiola.

Pemain (16 tropi)

• La Liga (6) : 1990–91, 1991–92, 1992–93, 1993–94, 1997–98, 1998–99

• Copa del Rey (2) : 1996–97, 1997–98

• Supercopa de España (4) : 1991, 1992, 1994, 1996

• European Cup (1) : 1991–92

• UEFA Cup Winners’ Cup (1) : 1996–97

• UEFA Super Cup (2) : 1992, 1997

Pelatih (14 tropi)

• La Liga (3) : 2008–09, 2009–10, 2010–11

• Copa del Rey (2) : 2008–09, 2011–12

• Supercopa de España (3) : 2009, 2010, 2011

• UEFA Champions League (2): 2008–09, 2010–11

• UEFA Super Cup (2) : 2009, 2011

• FIFA Club World Cup (2) : 2009, 2011

Guardiola Effect

Josep Guardiola bisa dikatakan sudah memiliki sejarah yang sama dengan nama besar sebelumnya seperti Rinus Michel, Johan Cruyff, Vic Buckingham, dll. Setidaknya Guardiola telah menciptakan beberapa sejarah penting yang kelak berpengaruh langsung terhadap bentuk permainan dan prestasi Barca. Saat menjadi pemain ia adalah angkatan pertama gelandang pivot, bahkan di eranya ia adalah yang pertama. Kemampuan dan kharisma dilapangan jelas menginspirasi tiga gelandang terbaik Barca saat ini, yaitu Xavi, Iniesta dan Cesc yang nyata – nyata mengidolakan Guardiola. Skema promosi pemain dari Juvenil hingga tim utama juga Guardiola sempurnakan. Semua memiliki alat ukur yang jelas dan terakhir tentu gaya bermain short pass (yang umum disebut tiki taka) yang indah dilihat itu. Gaya bermain yang secara tidak langsung berimbas ke prestasi Timnas Spanyol.

Gemilangnya Barca secara langsung jelas mengatrol keuangan Barca dan juga laju pertumbuhan cule di dunia ini. Harus diakui ditangan Guardiola barca yang sangat identik dengan juara membuat nama Barca menjadi salah satu yang selalu dibicarakan oleh dunia sepakbola internasional dan ini tentu mengangkat citra baik Barca di dunia. Namun demikian tidak sedikit pula efek buruk yang tanpa sadar menghinggapi atas kesuksesan Guardiola.

Barca seoalah selalu dituntut untuk tampil seperti di era Guardiola, menang, main menghibur, gelar melimpah dan tidak boleh kalah. Sekali kalah maka langsung judge Barca sedang krisis. Pemain semodel Messi, Xavi dan Iniesta haram bermain buruk di lapangan. Sekali buruk langsung berita akan beredar, pemain ini sedang dalam masalah. Di satu sisi fans Barca juga cenderung menjadi pragmatis (kalau kata orang sekarang disebut karbitan) banyak mereka yang hanya hadir di era Guardiola tanpa pernah mau paham bahwa di masa lalu Barca hanya sebatas tim hebat, bukan tim super. Tim yang juga pernah kalah, bahkan pernah mau bangkrut, pernah tanpa gelar selama 5 tahun. Akibat super-nya seorang Guardiola fans Barca mendadak punya ekspektasi yang tinggi dan cenderung sombong apalagi selama masih bercokol Lionel Messi.

Guardiola sudah menciptakan standar yang begitu tinggi, yang penulis yakini diapun tidak akan pernah mampu membuat yang lebih baik dari itu jika ia kembali. Jangankan membuat lebih, menyamai aja akan sungguh sulit. Bagi penulis apa yang dicapai oleh Guardiola adalah jackpot atau sebuah hal yang sangat tidak di duga dan diiringi faktor keberuntungan. So menetapkan hasil yang dicapai oleh Guardiola menjadi sebuah standar rasanya sangat absurd, Barca adalah tim hebat bukan tim super. Tekanan setiap pelatih akan selalu dibandingkan dengan Guardiola hanya akan membuat Barca justru akan mandek dan tidak menatap kedepan. Jalan terbaik saat ini adalah dengan memanfaatkan sebaik mungkin segala perbaikan dan warisan positif yang telah Guardiola tanamkan di FC Barcelona.

Selamat ulang tahun legenda hidup Barca, Josep Guardiola!

Terimakasih terbesar kami seluruh cules di dunia ini karena engkaulah yang membuat Barca bediri sejajar dengan klub top di dunia lainnya, engkaulah sejatinya contoh bagaimana seorang Katalan sejati mengabdi pada klubnya. Terlepas dari seberapa banyak efek negatif yang tanpa sadar telah Guardiola ciptakan, namun sisi emosional penulis harus menulis Guardiola adalah legenda terbaik melebihi semuanya meskipun harus diakui tanpa nama besar sebelumnya (mulai Jack Greenwell hingga Johan Cruyff) tidak akan pernah lahir seorang Josep Guardiola.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments

Post a Comment