Rumah Sederhana Itu Bernama La Masia

No Comments
Rumah sederhana itu menjulang tinggi. Dinding batunya kokoh menyokong atap yang masih beralas genteng. Rumah itu nampak tenang. Meskipun di sebelahnya berdiri megah stadion Camp Nou yang angkuh nan agung. Di sudut Kota Barcelona, Spanyol, rumah itu tetap berdiri tegap.

Sejauh mata memandang, rumah sederhana itu dikelilingi pepohonan asri nan rindang. Lapangan sepak bola yang sejuk nan permai menemani dengan setia di sekelilingnya. Ya, rumah sederhana itu bernama La Masia. Sebuah akademi sepak bola milik klub besar La Liga Spanyol, FC Barcelona.

Siapa sangka, dari sebuah rumah sederhana tersebut telah lahir bintang-bintang lapangan hijau seperti Lionel Messi, Andreas Iniesta, Xavi Hernandez, Charles Puyol, hingga Gerard Pique. Pemain-pemain ini adalah alumnus sekolah akademi sepakbola La Masia.

Masih banyak nama-nama tenar lain yang jika disebutkan akan memenuhi ruangan ulasan ini. Rumah sederhana La Masia adalah ‘peternakan’ pemain muda yang menggembleng anak didiknya untuk menjadi calon pemain kelas dunia.

Rumah Sederhana Petani

La Masia atau lengkapnya bernama La Masia de Can Planes, adalah rumah sederhana yang sangat dicintai dan dihormati oleh warga Kota Barcelona. Betapa tidak, berawal dari rumah sederhana ini, pemain muda berbakat rutin ditelurkan untuk memasok skuad utama tim senior Barcelona.

Seolah La Masia menjadi ‘pabrik’ pemain Barcelona di masa depan. La Masia secara harfiah dapat diartikan sebagai ‘rumah petani’. Sangat sukar mencari keiistimewan bangunan dari rumah sederhana yang berbahan batu coklat tua dengan dua lantai seluas 610 meter persegi itu.

Rumah sederhana ini akan tampak kontras dengan Camp Nou. Arsitektur stadion markas Barcelona yang besar menjulang tinggi akan sangat mencolok bersanding disebelahnya. Sukses Barcelona sebagai satu-satunya klub dalam sejarah yang merengkuh semua (enam) trofi pada musim 2009 – 2010, diperoleh akibat sentuhan magis La Masia.

Berawal dari rumah sederhana ini, tujuh dari sebelas pemain Tim Nasional Spanyol yang bertanding di Final Piala Dunia 2010 adalah lulusan La Masia. Ingat tiga finalis pemain terbaik FIFA 2010, Lionel Messi, Andreas Iniesta, dan Xavi Hernandez? Mereka adalah alumnus La Masia. Bahkan rumah sederhana ini pernah dihuni oleh Jose Manuel Reina (Liverpool) dan Cesc Fabregas (mantan pemain Arsenal).

Pendidikan dalam Rumah Sederhana

Jangan membayangkan jika pendidikan di sebuah akademi sepak bola hanya terfokus pada bermain bola dan bola. Hal ini tidak terjadi di La Masia. Rumah sederhana yang dibangun pada 1792 ini lebih mementingkan pendidikan daripada bermain bola. “Mereka hanya bermain satu setengah jam sehari dalam sepekan. Kecuali jika ada kompetisi,” tegas Albert Capellas, salah satu pelatih muda di La Masia.

Anak-anak usia 7 – 18 tahun di La Masia sejak jam delapan pagi diantar dengan bus ke sekolah. Pukul 14.30 mereka pulang. Lantas langsung makan siang serta istirahat. Setelah tidur siang, anak-anak tersebut belajar mandiri selama dua jam.

Jam enam sore mereka berlatih bola di Sant Joan Despi. Lokasi ini hanya berjarak satu kilometer dari La Masia. Pukul 21.15, makan malam disajikan dan anak-anak tidur setelah pukul 23.30 lampu rumah sederhana itu dimatikan.

“Pendidikan akademik kami utamakan agar nantinya mereka memiliki bekal hidup apabila harus bekerja di bidang lain. Tidak semua lulusan La Masia akan menjadi anggota skuad Barcelona. Namun sistem akademik rumah sederhana ini telah menyiapkan masa depan mereka,” papar Ruben Bonastre, Wakil Direktur

a. Akademi La Masia

Memang La Masia adalah gudang calon pemain inti Barcelona. Namun tidak semua lulusan rumah sederhana ini nantinya akan masuk tim senior Barcelona. Dan La Masia sadar benar akan situasi yang demikian. Maka pendidikan di La Masia tidak difokuskan pada penggemblengan bermain bola.

Pendidikan (akademik) tetap menjadi nomor satu daripada pendidikan sepakbola. Andreas Iniesta pun lulus kuliah meskipun ia telah menjadi pemain bintang nan mapan di Barcelona. Hal ini akan sulit dijumpai di tanah air. Banyak pemain serta atlit yang putus kuliah demi mengejar ambisi menjadi olahragawan professional.

b. Tanggung Jawab Barcelona

Sebagai salah satu asset penting klub, Barcelona bertanggung jawab penuh atas operasional La Masia. Tak tanggung-tanggung dalam satu tahun tim Catalan menggelontorkan € 5 juta atau senilai Rp 60 miliar untuk biaya operasional. Angka ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan nilai pemain yang dihasilkan. Sebagai contoh harga jual Lionel Messi jika Barcelona ingin melegonya adalah € 100 juta. Jumlah € 5 juta setahun tentu saja tidak ada artinya bagi Barcelona dengan stok pemain berkualitas yang terus disetor dari rumah sederhana ini.

Filosofi Sepak Bola Rumah Sederhana

Jika melihat permainan cantik nan cepat Barcelona di tiap pertandingan La Liga, sejatinya gaya tersebut telah di mulai sejak di La Masia. Hingga anak berusia 16 tahun, ia tidak akan pernah menjalani latihan kebugaran. Cukup hanya berlatif dengan bola saja.

Pelatihan ini memang sejalan dengan filosofi sepak bola ala rumah sederhana tersebut. Pemain Barcelona dituntut untuk dapat mengendalikan permainan dengan terus menguasai bola. Cara ini akan membuat pemain memiliki kemampuan luar biasa dalam penguasaan bola.

“Saat Barcelona bertanding, para pemain jarang melakukan umpan-umpan lambung atau udara, mereka selalu menjejakkan bola di tanah. Umpan-umpan pendek mengalir cepat. Itulah yang diajarkan di sini,” papar Albert Puig salah satu pengurus rumah sederhana ini.  Anak-anak pun senang dengan gaya pelatihan yang seperti ini. Dengan senangnya mereka, maka kemenangan akan mudah diraih.

Selain La Masia, ternyata ada klub sepak bola yang memiliki akademi serupa dengan rumah sederhana ini. Misalkan saja klub musuh bebuyutan Barcelona, Real Madrid. Klub yang bermarkas di jantung Ibukota Spanyol ini juga memiliki akademi yang menelan biaya operasional sepersepuluh biaya transfer (€ 50 juta) Fernando Torres dari Liverpool ke Chealsea.

“Real Madrid memiliki sekolah sepak bola yang bagus. Bedanya dengan La Masia, mereka mencetak lulusan yang gemilang namun tidak memakainya. Hal ini sama seperti membuat satu mobil Ferrari yang sia-sia. Karena tidak pernah dipakai,” Albert Puig melanjutkan.

Jika dibandingkan dengan Real Madrid, La Masia memang unggul soal pembinaan pemain muda. Lulusan rumah sederhana ini sering menjadi pasokan bagi skuad inti pemain kunci Barcelona. Setelah Messi, Xavi, dan Iniseta, muncul sederet nama-nama generasi baru yang siap mengantri.

Sebut saja Thiago Alcantara, Marc Muniesa, Sergi Roberto, Martin Montoya, serta Marc Bartra. Dan bahkan bocah Asia berumur 14 tahun asal Korea Selatan siap menyusul. Park Sheung-Ho disebut koran-koran lokal Barcelona sebagai the next Lionel Messi berikutnya.

Masa Depan Rumah Sederhana

Juni tahun 2011, La Masia telah ditutup. Bukan karena rumah sederhana berumur ratusan tahun ini usang, namun manajemen Barcelona telah memindahkan akademinya ke fasilitas baru yang lebih canggih di Ciudad Deportiva di Sant Joan Despi. Kapasitasnya pun telah bertambah menjadi 70 – 80 kamar. Fasilitas ini lebih modern dengan luas 5.000 meter persegi dengan total lima lantai.

Meskipun telah pindah ke rumah yang baru, namun rumah sederhana La Masia akan tetap terawat dan menjadi saksi bisu kehebatan Lionel Messi dan kawan-kawan. Rumah batu ini akan tetap terjaga. Kekokohannya tak akan lapuk ditelan zaman. Rumah sederhana ini akan tetap menjadi kebanggaan bagi setiap pemain bintang Barcelona untuk menjadi kenangan abadi bagi mereka yang pernah tinggal di sana.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments

Post a Comment