Reggae telah menjadi sebuah subkultur baru Jamaika. Di Jamaika, reggae dianggap penting. Rambut gimbal yang menjadi ciri khas musik reggae boleh jadi karena musik ini lahir di jalanan Getho, Kingson ibukota Jamaika. Jalan Getho memang dikenal sebagai kampung kaum rastafaria, kaum dengan ajaran kebebasan, perdamaian, dan keindahan alam.
Ada penafsiran keliru mengenai aliran reggae. Walaupun dikenal sebagai musik "santai", bukan berarti musik reggae masa bodoh dan tidak peduli dengan lingkungan. Lirik dalam musik reggae sarat akan pesan dan kritik sosial. Misalnya, dalam lagu No Women No Cry. Lagu ini mengkritik kekerasan terhadap perempuan, "Tidak, wanita tidak boleh menangis!" Kira-kira seperti itulah maksudnya.
Sejarah Musik Reggae
Musik reggae kerap dianggap sebagai musik yang identik dengan aroma daun ganja. Hal ini karena daun yang bisa memabukkan tersebut kerap dijadikan simbol musik tersebut. Padahal, tidak selamanya daun ganja dikaitkan dengan aliran musik yang mampu mengajak pendengarnya bergoyang.Selain simbol daun ganja, reggae kerap dilambangkan dengan penampilan rambut gimbal. Rambut gimbal adalah model rambut yang dijadikan beberapa ikatan secara lekat dan memanjang. Tanpa rambut gimbal, musik reggae seperti kurang lengkap dan kehilangan nuansa bermusiknya.
Di Indonesia, aliran reggae sebenarnya sudah lama dikenal. Hanya saja, gaungnya belum terlalu dikenal sebagaimana jenis musik lainnya, seperti musik rock atau dangdut yang dianggap aliran musik asli Indonesia.
Ada beberapa musisi yang eksis memainkan musik reggae di Indonesia. Di antaranya adalah Imanes yang sudah bernyanyi reggae sejak tahun 90an. Selain itu, dikenal pula nama Toni Q Rastafarra, Steven and The Coconut Trees dan juga almarhum Mbah Surip.
Nama mbah Suriplah yang banyak dianggap sebagai musisi reggae yang mampu mempopulerkan musik reggae di seluruh lapisan masyarakat. Hal ini karena lagu-lagu mbah Surip cukup sederhana dan enak untuk didengarkan. Salah satu lagu mbah Surip yang cukup terkenal adalah lagu Tak Gendong. Lagu ini populer di setiap lapisan usia, mulai anak-anak hingga orang tua. Penampilan mbah Surip dengan topi warna warninya pun tak jarang ditiru oleh penggemarnya.
Musik reggae mulai berkembang pada tahun 1968an. Tahun ini pulalah yang dianggap sebagai tahun kelahiran musik reggae di dunia. Musik ini mulai berkembang dari kawasan Jamaica, Afrika. Nama reggae sendiri berasal dari bahasa Afrika, ragged yang berarti gerakan menghentak.
Ciri khas reggae adalah penggunaan drum dari Afrika yang dinamakan Burru. Reggae lahir sebagai perpaduan musik tradisional dari tiga kawasan, yaitu Afrika, Amerika dan juga Jamaica. Sehingga musik ini bukan merupakan musik asli Jamaica meski berkembang di daerah tersebut.
Musik ini memiliki dasar musik yang mirip dengan aliran ska. Hanya saja, ritme musik reggae cenderung lebih lamban dan lebih menekankan pada kekuatan vokal. Sedangkan pada ska, unsur melody sangat dominan muncul dalam musiknya.
Salah satu musisi yang berperan memperkenalkan musik reggae di dunia adalah Bob Marley dan The Wailers. Mereka memiliki peran besar dalam mengenalkan musik ini kepada masyarakat internasional. Meski demikian, ada banyak orang yang menganggap bahwa musik reggae pada dasarnya diciptakan oleh Hon. Robert Nesta Marley. Nesta Marley pulalah yang kemudian ditasbihkan sebagai King of Reggae Music.
Musik Reggae – Musik dari Jamaika
Akar musikal reggae terkait erat dengan tanah yang melahirkannya, Jamaika. Saat ditemukan oleh Columbus pada abad ke-15, Jamaika adalah sebuah pulau yang dihuni oleh suku Indian Arawak. Nama Jamaika sendiri berasal dari kosa kata Arawak "xaymaca" yang berarti "pulau hutan dan air".Kolonialisme Spanyol dan Inggris pada abad ke-16 memusnahkan suku Arawak, yang kemudian digantikan oleh ribuan budak belian berkulit hitam dari daratan Afrika. Budak-budak tersebut dipekerjakan pada industri gula dan perkebunan yang bertebaran di sana. Pada tahun 1838, praktek perbudakan itu dihapus dan diikuti dengan melesunya perdagangan gula dunia.
Di tengah kerja berat dan ancaman penindasan, kaum budak Afrika memelihara keterikatan pada tanah kelahiran mereka dengan mempertahankan tradisi. Mereka mengisahkan kehidupan di Afrika dengan nyanyian (chant) dan bebunyian sederhana.
Interaksi dengan kaum majikan yang berasal dari Eropa pun membekaskan produk silang budaya yang akhirnya menjadi tradisi folk asli Jamaika. Bila komunitas kulit hitam di Amerika atau Eropa dengan cepat luntur identitas Afrika mereka, sebaliknya komunitas kulit hitam Jamaika masih merasakan kedekatan dengan tanah leluhur.
Musik Afrika pada dasarnya ada di kehidupan sehari-hari masyarakat Jamaika, baik itu di jalan, bus, tempat umum, tempat kerja atau rumah yang menjadi penyemangat saat kondisi sulit sehingga memberikan kekuatan dan pesan tersendiri. Hasilnya, reggae musik bukan cuma memberikan relaksasi, tapi juga membawa pesan cinta, damai, kesatuan dan keseimbangan serta mampu mengendurkan ketegangan.
Tokoh Musik Reggae
1. Bob Marley
Tidak bisa disangkal, pria yang lahir pada 6 Februari 1945 di Sain Ann Jamaika ini, merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perkembangan musik reggae. Penyanyi yang memiliki nama lahir Robert Nesta Marley ini dianggap berhasil memperkenalkan musik Reggae ke seluruh dunia. Pada 1965, ia merilis album pertamanya The Wailing Wailers. Album ini menjadi sangat populer di Jamaika saat itu.Semasa hidupnya, tak kurang dari 13 album telah ia rilis dan memperoleh berbagai penghargaan, seperti Hollywood Walk of Fame, Grammy Lifetime Achievement Award, dan beberapa penghargaan lainnya. Bob Marley juga dikenal giat mempromosikan perdamaian dan kebudayaan untuk Jamaika.
Bersama Peter McIntosh dan Bunny Livingston, Bob membentuk The Wailing Wailers yang mengeluarkan album perdana di tahun 1963 dengan hit "Simmer Down". Lirik lagu mereka banyak berkisah tentang "rude boy", anak-anak muda yang mencari identitas diri dengan menjadi berandalan di jalanan Kingston.
The Wailing Wailers bubar pada pertengahan 1960-an dan sempat membuat Bob Marley patah arang sehingga memutuskan untuk berkelana ke Amerika. Pada bulan April 1966, Bob kembali ke Jamaika, bertepatan dengan kunjungan HIM Haile Selassie I (Raja Ethiopia) ke Jamaika untuk bertemu penganut Rastafari.
Kharisma sang raja membawa Bob menjadi penghayat ajaran Rastafari pada tahun 1967, dan bersama The Wailer, band barunya yang dibentuk setahun kemudian bersama lawas Mc Intosh dan Livingston, dia menyuarakan nilai-nilai ajaran Rasta melalui reggae. Penganut Rastafari lantas menganggap Bob menjalankan peran profetik sebagaimana para nabi, menyebarkan inspirasi dan nilai Rasta melalui lagu-lagunya.
2. Tony Q Rastafara
Nama Tony Q Rastafara tidak bisa dilepaskan dari musik reggae Tanah Air. Kecintaannya kepada legenda musik reggae, Bob Marley, membuat ia memilih musik ini. Walaupun demikian, Tony Q dan bandnya, Rastafara, berusaha lepas dari bayang-bayang musik reggae ala Bob Marley. Keberaniannya untuk membawakan lagu sendiri, membuat Tony dianggap sebagai pelopor musik reggae di Tanah Air.Album Rambut Gimbal yang merupakan album pertama Tony mendapat respon sangat baik dari penikmat musik reggae Tanah Air. Tony Q Rastafara juga dikenal atas keberhasilannya memadukan musik reggae dengan musik tradisional khas Indonesia. Salah satu lagu ciptaan Tony berjudul Pat Gulipat berhasil masuk dalam album kompilasi musik dunia. Album kompilasi yang dirilis secara internasional ini berhasil mengharumkan musik reggae ala Indonesia.
Dreadlock – Simbol Reggae
Selain Bob Marley dan Jamaika, rambut gimbal atau lazim disebut "dreadlocks" menjadi titik perhatian dalam fenomena reggae. Saat ini dreadlock selalu diidentikkan dengan musik reggae, sehingga secara kaprah orang menganggap para pemusik reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit itu. Padahal jauh sebelum menjadi gaya, rambut gimbal telah menyusuri sejarah panjang.Simbolisasi ini kental terlihat ketika pada tahun 1930-an Jamaika mengalami gejolak sosial dan politik. Kelompok Rasta merasa tidak puas dengan kondisi sosial dan pemerintah yang ada, lantas membentuk masyarakat tersendiri yang tinggal di tenda-tenda yang didirikan di antara semak belukar. Mereka memiliki tatanan nilai dan praktek keagamaan tersendiri, termasuk memelihara rambut gimbal. Pada pertengahan tahun 1960-an perkemahan kelompok Rasta ditutup dan mereka dipindahkan ke daerah Kingston, seperti di Kota Trench Town dan Greenwich, tempat di mana reggae lahir pada tahun 1968.
Ketika musik reggae memasuki arus besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, sosok Bob Marley dan rambut gimbalnya menjadi icon baru yang dipuja-puja. Dreadlock dengan segera menjadi sebuah tren baru dalam tata rambut dan cenderung lepas dari nilai spiritualitasnya. Apalagi ketika pada tahun 1990-an dreadlocks mewarnai penampilan para musisi rock dan menjadi bagian dari fashion dunia.
0 comments
Post a Comment