Valention Rossi yang berutuh jangkung dan ceking ini semakin meneguhkan dirinya sebagai pembalap paling berpengaruh. Sekalipun tubuhnya tidak termasuk atletis, seperti juga para pembalap lain baik pembalat MotoGP maupun pembalap formula, tapi memiliki insting dan gerak reflek yang luar biasa. Sehingga pada saat memacu motornya dalam lintasan, ia seperti mengendalikan motor dengan nalurinya. Seolah-olah dengan menutup mata sekalipun, Valentino Rossi bisa tetap mengenali sirkuit dan lintasa mana tempat ia mengambil posisi untuk mendahului lawan-lawannya. Valentino Rossi dengan segudang prestasi yang membanggakan, menjelma menjadi legenda hidup untuk sirkuit MotoGP.
Tapi pernahkan anda mengetahui bahwa prestasi luar biasa yang berhasil dicapai Valentino Rossi tersebut merupakan salah satu kutukan sekaligus sindiran pedas dari guru SMP-nya sehubungan Rossi yang sering bolos sekolah. Dalam biografi Rossi diungkap pengalaman pahit yang diterima Rossi dari guru SMP-nya tersebut.
"Kamu yakin kalau berkutat terus dengan motor konyol itu kamu bisa cari makan?" itulah pertanyaan sekaligus sebenernya sebuah kutukan guru Rossi waktu ia masih sekolah di bangku SMP. Karena terlalu sering bolos, Rossi atas izin kedua orang tuanya memutuskan berhenti sekolah dan fokus ke balapan motor. Tentu saja bagi guru Rossi di SMP tersebut, dengan keluarnya Rossi dari sekolah merupakan berkah karena tidak perlu terbebani lagi dengan anak yang getol bolos seperti Rossi. Tapi tentu saja kelak guru SMP-nya tersebut juga akan merasa bersalah karena telah mengijinkan anak yang kelak berprestasi tingkat dunia itu justru harus keluar dari sekolahnya. Tapi itulah masa lalu Rossi yang tak akan pernah dilupkan sehingga terus menjadi pemicu bahwa kegemaran bermain motor yang membuat sering bolos sekolah tersebut, benar-benar menjadi piliha hidup dan dapat diandalkan. Dari arena balapan motoGP itulah, Valentino Rossi kemudian menjelma menjadi sosok pemuda kaya, banyak penggemar dan dikagumi para perempuan cantik yang seringkali menghiasai arena sirkuit, maupun para perempuan di luar arena sirkuit.
Tentu saja guru SMP yang pernah menghardik Rossi dengan sindirian itu tak akan percaya kalau sekarang Valentino Rossi menjadi salah satu orang terkaya berkat hobi konyolnya membalap. Ramalan guru SMP-nya melenceng 100 persen. Itulah sekilas biografi Rossi. Valentino Rossi merebut 9 gelar juara dunia, satu kali jura di kelas 125 cc, satu kali juara di kelas 250 cc, lima kali juara di kelas 500 cc, dan tiga kali juara di kelas MotoGP. Valentino Rossi lahir pada 16 Februari 1979 di Urbino, Italia. Ayah Rossi bernama Graziano, profesinya pembalap motor. Ibunya seorang ibu rumah tangga biasa, bernama Stefania Palma. Ayah Rossi memberi nama Valentino Rossi karena beliau ingin memberi penghormatan kepada sahabatnya yang tewas tenggelam. Alasan lainnya yaitu hari Valentine jatuh dua hari sebelum Rossi lahir.
Namun latar belakang nama yang diberikan kepada pembalap motoGP yang menjadi legenda hidup untuk sirkuit motoGP tersebut tidak terlalu berpengaruh. Bakat dan kerja keras Valentino Rossi itulah yang sangat berpengaruh. Sehingga kalaupun kemudian Valentino Rossi dahulunya diberi nama Bondan Suparwoto misalnya, tetap saja akan menjadi jago balapan. Soalnya balapan motor adalah kegemarannya, dan kerja keras adalah yang mengantarkannya pada tangga juara.
Memang benar nama merupakan salah satu motivasi seseorang untuk meraih harapan dan cita-cita orang tuanya. Nama dalam referensi Islam merupakan salah satu bentuk doa dan harapan dari orang tuanya. Sehingga ketika orang tua memberi nama Jajang Nurjaman, tentu saja orang tua mengharapkan anaknya akan menjadi cahaya jaman, cahaya dalam profesi yang digelutinya. Ketika orang tua memberi nama Riki Subagja, tentu saja orang tuanya mengharapkan bahwa anaknya kelak menjadi orang yang memperoleh kebahagiaan.
Rossi Dan Nomer 46
Nomer 46 bagi Rossi punya sejarah sendiri. Itulah nomer pertama yang ia dapatkan ketika mengikuti kejuraan balapan minibike. Sebenarnya, nomor 46 pernah digunakan ayahnya (Graziano Rossi) saat juara Grand Prix 250 cc tahun 1979 silam. Pada tahun itu juga Rossi dilahirkan. Nomor 46 kini menjadi nomor keramat yang melambangkan perjalanan karir Rossi yang gemilang. Satu hal yang paling ia sukai adalah mengalahkan lawan tepat di putaran terakhir. Itulah cara paling menyenangkan untuk memenangi sebuah balapan. Padahal mengalahkan lawan pada putaran terakhir tentu saja menjadi orang yang terlibat dalam tim selalu dihantui rasa waswas. Tapi di sana juga terletak kebahagiaan. Terutama ketika melihat pada putaran terakhir Valentoni Rossi melesat mendahului lawan dan pada setiap tikungan tak ada yang berhasil mencurinya.
Hampir semua pengamat sepakat bahwa sebagai seorang pembalap seharusnya kita menghindari masalah, melaju mendahului yang lain lalu tetap memimpin di depan. Namun ada kalanya kita sadar dan tak mampu melakukannya. Kita lebih baik menunggu momen yang tepat, yaitu saat berada di putaran terakhir. Inilah pertarungan hidup mati. Dan rupanya pertarungan hidup mati di putaran terakhir itulah yang menjadi pilihan Valentoni Rossi, untuk menduduki fodium sebagai pemenang pertama. Semua selalu dihantui rasa waswas dan barangkali Rossi sendiri. Tapi semua merasakan kebahagiaan yang luar biasa begitu Valentoni Rossi masuk garis finish di urutan pertama, lalu sejenak kemudian melakukan selebrasi khasnya sebagai perayaan kemenangan. Semua orang yang terlibat dalam timnya saling berangkulan dan saling melepas rasa bahagia, ekspresi kegembiraan yang tak terkirakan, termasuk tentu saja keluarga besar Valentoni Rossi baik yang menyaksikan langsung di tribun kehormatan maupun yang mengikuti jalannya sirkuit dari siaran langsung televisi.
Rossi telah merasakan yakin bahwa menjadi pembalap adalah pilihan hidupnya. Ia membayangkan betapa menjenuhkan ada banyak orang yang mesti bangun pagi dan berangkat kerja setiap hari. Pekerjaan itu biasanya menjadi beban, seperti tertekan oleh jam kerja, deadline, lembur, terjebak bertahun-tahun dalam pekerjaan yang tak mereka sukai, dan kehidupan yang tak mereka cintai. Itu bukan gaya hidup seorang pembalap MotoGP. Pada tahun 2002, ketika berusia 23 tahun, Rossi meraih kesuksesan. Ia menjuarai kejuaraan dunia untuk semua kategori: 125 cc, 250 cc, 500cc, dan MotoGP. Ia mendapat juara di level internasional bersama Aprilia, Honda, dan Yamaha. Pada akhir tahun 2010, ia memutuskan keluar dari Yamaha dan beralih ke Ducati. Kecerdasan tubuhnya untuk menyesuaikan diri dengan berbagai motor sungguh mengagumkan. Bayangkan kalau dulu ia mendengar ucapan gurunya bahwa balap motor itu konyol. Pasti semua cerita ini berbeda. Ia mengikuti lentera jiwanya. Melakukan sesuatu yang membuat ia bahagia dan dapat menikmati hidup dengan menjadi seorang pembalap.
Valentino Rossi telah menjadi sosok legenda hidup di lapangan sirkuit motoGP, sebuah prestasi telah diraihnya, penghargaan telah ada dalam genggaman termasuk juga kekayaan yang tak semua anak muda seusianya telah berhasil meraihnya. Dan tentu saja sang guru ketika Rossi di SMP pun akan mengakui bahwa kegemaran balapan anak didiknya itu telah menjadi jalan hidupnya.
0 comments
Post a Comment