Bintang Bola Indonesia dari Masa ke Masa

No Comments
Bintang bola merupakan sebuatn bagi orang yang enjadi ikon sepakbola. Meskipun belum meraih prestasi tertinggi di level internasional, namun Timnas Indonesia tetap saja menjadi kebanggaan bagi seluruh pecinta sepakbola di negeri ini.

Dalam perjalanan sejarahnya, Timnas Indonesia pun kerap melahirkan sederet bintang bola yang menjadi ikon di eranya masing-masing. Dari masa ke masa, Indonesia selalu melahirkan pemain berbakat yang menjadi tulang punggung tim nasional. Berikut sekilas tentang para bintang bola pilihan yang sudah menjadi legenda dan calon legenda timnas Garuda dari era 1960-an hingga sekarang.

Bintang Bola Indonesia Era 1960 – 1980

Bintang bola Indonesia terpilih yang mewakili era 1960 hingga 1980 adalah Andi Ramang, Abdul Kadir, Iswadi Idris, dan Soetjipto Soentoro.

Andi Ramang

    Andi Ramang sebenarnya mencapai puncak kejayaannya sebagai pada pertengahan dekade 1950-an. Legenda PSM Makassar ini terkenal sebagai penyerang haus gol. Saat Timnas Indonesia melawat ke sejumlah negara Asia pada 1954, Ramang menyumbang 19 gol dari total 25 gol Indonesia kala melawan Filipina, Hongkong, Thailand, dan Malaysia.

    Kegemilangan Ramang membuat tim-tim Eropa penasaran menjajal Indonesia. Timnas Yugoslavia dan Uni Soviet, serta klub Stade de Reims (Prancis), Grasshopper (Swiss), juga Lokomotiv Moscow (Uni Soviet) bergantian dihadapi oleh Ramang dan kawan-kawan. Selain itu, pada Kejuaraan Dunia di Swedia tahun 1958, Ramang memborong 2 gol untuk kemenangan Indonesia atas Cina.

    Abdul Kadir 

      Pemain legendaris yang satu ini mempunyai spesialiasi di sektor kiri. Ia bisa berperan sebagai penyerang sayap, gelandang sayap, bahkan bek sayap kiri. Abdul Kadir yang lahir di Bali pada 27 Desember 1948. Dia adalah salah satu sosok terpenting di skuad Timnas Indonesia pada kurun tahun 1965-1978.

      Legenda Persebaya Surabaya ini merupakan pelari cepat. Bahkan, Abdul Kadir bersama Iswadi Idris, Soetjipto Soentoro, Jacob Sihasale, dan Max Timisela, disebut-sebut sebagai kwartet tercepat di Asia pada dekade 1960-an dan masuk dalam jajaran Asia All Stars pada 1966-1970.

      Pesepakbola berjuluk “Si Kancil” ini pernah berhadapan langsung dengan Pele pada Juni 1972 ketika bintang bola asal Brasil itu datang ke Jakarta bersama timnya, Santos. Selain itu, Abdul Kadir mencetak gol saat laga Indonesia melawan Uruguay pada 19 April 1974 yang dimenangkan oleh tim Garuda dengan skor 2-1.

      Iswadi Idris

        Iswadi Idris adalah bintang bola kelahiran Aceh pada 18 Maret 1948. Ia kerap dijuluki ”Si Boncel” karena postur tubuhnya yang relatif pendek. Namun, Iswadi Idris sangat piawai dan pemain serba bisa. Posisi gelandang, bek kanan, bahkan sweeper, bisa dengan baik dilakoninya.

        Iswadi Idris pernah menjadi ikon Persija Jakarta, klub yang dibelanya dari tahun 1966-1980. Ia juga mencatatkan rekor sebagai pemain Indonesia pertama yang bemain untuk klub luar negeri, yaitu di Australia bersama klub Western Suburbs (1974-1975).

        Di Timnas Indonesia, Iswadi Idris menjadi sosok yang tak tergantikan. Bahkan, ia menjabat sebagai kapten timnas selama 10 tahun (1970-1980). Bersama timnas, Iswadi Idris pernah melawan klub Rusia, Dynamo Moscow, pada 14 Juni 1970, yang diperkuat kiper terbaik dunia saat itu, Lev Yashin.

        Soetjipto Soentoro

          Satu lagi bintang bola Indonesia yang melejit di periode 1960-1980. Siapa lagi kalau bukan Soetjipto Soentoro. Bersama Iswadi Idris, pemain asal Bandung kelahiran 16 Juni 1941 ini pernah menjadi pilar Persija Jakarta. Soetjipto Soentoro sudah memperkuat tim Macan Kemayoran sejak usia 16 tahun.

          Karir bersama timnas pun dilakoninya sedari dini. Di Piala Yunior Asia 1959, ia meraih gelar pencetak gol terbanyak dengan 14 gol. Padahal, pemain yang sering dipanggil ”Gareng” ini bukan striker murni, melainkan penyerang lubang. Kehebatannya bersama timnas junior membuat Soetjipto Soentoro langsung ditarik ke timnas senior.

          Tahun 1965, ia ikut timnas ke Eropa dan melawan tim-tim besar, termasuk Feyenoord (Belanda) dan Werder Bremen (Jerman). Presiden RI pertama, Soekarno, memberikan mandat khusus untuknya. ”Kau,Gareng, lawan si Belanda itu. Tunjukkan bahwa bangsa Indonesia itu bangsa besar!” pesan Bung Karno kepada Soetjipto Soentoro yang mengoleksi 57 gol dari 68 caps bersama tim Garuda selama kurun 1965-1970.

          Bintang Bola Indonesia Era 1980 – 2000

          Periode 1980-2000, gemerlap sepakbola Indonesia diwakili oleh Robby Darwis, Widodo C. Putro, Bima Sakti , hingga Kurniawan Dwi Yulianto. Meski masih ada sederet bintang bola nasional lainnya yang juga cemerlang di era ini.

          Robby Darwis

            Inilah salah satu bek tengah terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Robby Darwis adalah putra asli Bandung yang juga menjadi salah satu bintang Persib Bandung di era 1980 hingga 1990-an. Kini, mantan stopper kelahiran 30 Oktober 1964 ini, menjadi pelatih utama tim Maung Bandung.

            Robby Darwis sukses mengantarkan Persib Bandung menjuarai Liga Indonesia pertama tahun 1994 di mana ia menjadi kapten tim. Di timnas, pemain yang pernah bermain untuk tim Malaysia, Kelantan FC, ini pun menjadi andalan. Selama kurun 1987-1997, ia telah 53 kali membela tim Garuda dan menyumbangkan 6 gol.

            Widodo C. Putro

              Sosok legenda bagi Petrokimia Putra (kini Gresik United) ini juga telah menjadi legenda bagi Timnas Indonesia. Gol tendangan salto Widodo C. Putro saat Indonesia melawan Kuwait di Piala Asia 1996 ditetapkan sebagai gol terbaik di gelaran terbesar antar negara se-Asia itu.

              Striker kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, pada 8 November 1970 ini mengoleksi 55 caps bersama Timnas Indonesia dengan torehan 15 gol. Bersama Petrokimia Putra, Widodo C. Putro meraih gelar pemain terbaik Liga Indonesia 1994/1995. Di tahun 2012 ini, Widodo C. Putro dipercaya membesut Timnas Indonesia U-23.

              Bima Sakti

                Pemilik nama lengkap Bima Sakti Tukiman ini terkenal dengan tendangan cannon ball-nya yang mematikan. Lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 23 Januari 1976, Bima Sakti pernah menyandang ban kapten Timnas Indonesia.

                Bima Sakti menjadi salah satu pemain yang paling lama membela timnas, yaitu sebanyak 55 kali dari tahun 1995 hingga 2001. Gelandang elegan ini pernah bermain untuk klub Swedia, Helsingborgs IF. Saat ini, Bima Sakti masih menjadi pemain yang disegani dan menjabat kapten tim Persema Malang.

                Kurniawan Dwi Yulianto

                  Siapa yang tak kenal dengan Kurniawan? Penyerang kerempeng yang kerap dipanggil ”Si Kurus” ini adalah salah satu bintang bola paling legendaris di Indonesia. Di era 1990-an, Kurniawan menjadi striker yang paling ditakuti di Asia Tenggara.

                  Sebanyak 31 gol dari 60 caps telah dibuatnya untuk Timnas Indonesia. Kurniawan pun menjadi bintang idola karena ia pernah bergabung dengan tim junior Sampdoria (Italia) dan FC Luzern (Swiss). Hingga sekarang, bomber kelahiran Magelang pada 13 Juli 1976 ini masih aktif bermain dan kini memperkuat klub asal kampung halamannya, PPSM Magelang.

                  Bintang Bola Indonesia Era 2000 – Sekarang

                  Memasuki tahun 2000 hingga sekarang, sepakbola Indonesia masih terus menghasilkan para talenta yang berpotensi menjadi bintang bola nasional di masa mendatang. Bambang Pamungkas dan Boaz Solossa mewakili era 2000-an, sedangkan Kurnia Meiga dan Andik Vermansyah adalah sosok pesepakbola nasional paling top saat ini.

                  Bambang Pamungkas

                    Ini dia bomber paling subur di negeri ini. Gelontoran 42 gol dari 88 kali penampilannya bersama Timnas Indonesia membuktikan betapa produktifnya seorang Bambang Pamungkas alias Bepe. Di ISL musim 2011/2012 ini saja, pemain asal Salatiga, Jawa Tengah, kelahiran 10 Juni 1980, ini sudah mencetak 14 gol bersama Persija Jakarta.

                    Bepe pernah bermain di luar negeri. Tahun 2000, ia membela tim Divisi III Liga Belanda, EHC Norad, meskipun cuma 4 bulan dan mencetak 7 gol dari 10 penampilan. Striker yang terkenal dengan lompatan tinggi dan sundulan mautnya ini pernah menjadi top skor Liga Malaysia saat memperkuat Selangor FA dengan torehan 22 gol dari total 34 golnya selama 2 musim di Malaysia (2005-2007).

                    Boaz Solossa

                      Boaz Solossa menjadi bintang bola dari Papua yang paling bersinar. Aksi striker kelahiran Sorong, Papua Barat, 16 Maret 1986, ini selalu ditunggu oleh publik sepakbola Indonesia setiap membela timnas. Julukan ”Anak Ajaib” pun disematkan kepada Boaz Solossa saat tampil ciamik di gelaran Piala Tiger 2004 di Ho Chi Minh, Vietnam.

                      Kelebihan Boaz Solossa adalah skill-nya yang dinilai di atas rata-rata pesepakbola pribumi. Kekuatan utama adik kandung Ortizan Solossa ini terletak di kaki kiri kendati kaki kanannya pun tak kalah dahsyat.

                      Selain itu, kecepatan, visi bermain, dan naluri mencetak gol juga dimiliki oleh kapten tim Persipura Jayapura ini. Boaz membela timnas sejak 2004 namun baru mengemas 23 caps lantaran kerap dirundung cidera.

                      Kurnia Meiga

                        Indonesia memang pernah punya sejumlah kiper yang cukup andal, dari Kurnia Sandy, Hendro Kartiko, hingga Ferry Rotinsulu. Namun sosok kiper muda berbakat seperti Kurnia Meiga tampaknya bakal menjadi andalan untuk mengawal gawang Indonesia hingga jauh ke depan.

                        Pemain Arema (ISL) ini lahir pada 7 Mei 1990 di Jakarta, tapi citranya sudah sangat lekat sebagai arek Malang. Ia punya segalanya untuk menjadi seorang kiper ideal. Skill, naluri, kesigapan, keberanian, dan postur tubuhnya sangat cocok untuk menjaga gawang tim manapun.

                        Hebatnya, pada ISL musim 2009/2010, adik kandung kiper Achmad Kurniawan ini dinobatkan sebagai pemain terbaik di usia yang masih sangat muda, yakni 20 tahun.

                        Andik Vermansyah

                          Andik Vermansyah adalah masa depan sepakbola Indonesia. Aksinya di lapangan hampir dipastikan mampu memikat siapa saja, termasuk David Beckham yang pernah berhadapan langsung dengan penyerang lincah asal Jember, Jawa Timur, kelahiran 23 November 1991 ini.

                          Sederet klub Eropa pun sempat dikabarkan tertarik pada pemain berjuluk ”Lionel Messi”-nya Indonesia ini, sebut saja klub Portugal, Porto FC dan Benfica, serta tim Italia, Reggina dan Novara. Namun, Andik Vermansyah tetap bertahan di Persebaya Surabaya (IPL). Hingga saat ini, Andik Vermansyah menjadi pilar utama Timnas Indonesia U-21 hingga U-23.

                          Selain para pemain tersebut, Indonesia tentunya masih punya seabrek pemain bintang. Nama-nama seperti Jacob Sihasale, Ricky Yacobi, Roni Wabia, Ronny Pattinasarani, Aji Santoso, Bambang Nurdiansyah, Eduard Ivakdalam, Fachry Husaini, Hendro Kartiko, Bejo Sugiantoro, Firman Utina, Ponaryo Astaman, hingga Irfan Bachdim, Oktovianus Maniani, atau Titus Bonai tentunya juga patut masuk hitungan di jajaran bintang bola Indonesia dari masa ke masa.
                          Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

                          0 comments

                          Post a Comment