Tragedi Hillsborough, Salah Satu Tragedi di Dunia Sepak Bola
Di akhir pekan, 96 fans Liverpool secara tragis tewas dalam bencana di Hillsborough, Sheffield, sebelum semi final piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest. Sore yang mengerikan dan air mata tercurah. Orang tidak harus mati karena menonton tim favorit mereka.Gemuruh suporter pun seketika berubah menjadi teriakan histeris. Tidak ada lagi pemain bintang di atas lapang, tidak ada lagi aliran bola di lapangan. Semua berubah menjadi deretan mayat dan puing-puing reruntuhan pagar stadion.
Bagi pendukung Liverpool, kejadian ini menjadi pukulan yang sangat telak, kecintaannya pada sepak bola harus dibayar mahal dengan kejadian yang sangat mengerikan ini. Setiap tahunnya pada tanggal 15 April, para pendukung Liverpool memperingati kejadian terburuk yang menimpa rekan-rekannya.
Mereka datang ke Stadion Anfield (Stadion Liverpool) untuk mengenang dan memanjatkan doa kepada 96 saudara mereka yang meninggal di Sheiffild. Tidak hanya pendukung Liverpool, seluruh pemain, manager, dan seluruh staf tim Liverpool pun datang dan berdoa bersama.
Bagi mereka, setiap tanggal 15 April merupakan hari di mana tidak ada pertandingan untuk Liverpool. Penghormatan pun diberikan oleh tim-tim lain di Inggris. Mereka melakukan "one minutes silent" untuk mengenang tragedi Hillsborough sebelum pertandingan berlangsung dan menggunakan pita hitam pada lengan pemain saat bertanding.
Kejadian bermula ketika stadion yang berkapasitas 40.000 orang itu menyediakan tempat sekitar 14.600 untuk pendukung Liverpool. Akibatnya kapasitas itu tidak mampu mendukung Liverpludilan (sebutan fans fanatik Liverpool) yang datang lebih dari 14.600 orang.
Saat pertandingan baru berlangsung beberapa menit, tribun stadion tak kuasa menahan puluhan ribu fans Liverpool yang datang untuk mendukung tim kesayangannya. Tribun stadion pun rubuh dan 96 suporter "The Reds" tewas.
Seperti di lansir BBC, pendukung Liverpool masuk berdesak-desakan untuk mendukung langsung tim kesayangannya. Membludaknya supporter tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh aparat pengamanan stadion. Bahkan banyak di antaranya masuk tanpa mempunyai tiket pertandingan.
Memori ini terulang ketika drawing semifinal Piala FA 2012 yang mempertemukan Chelsea versus Totenham dan Liverpool vs Everton, yang sejatinya digelar pada 14 dan 15 April 2012.
Sontak kubu Liverpool menolak untuk memainkan partai semifinal Piala FA pada 15 April, yang mereka anggap tanggal "haram" untuk melakukan pertandingan. Mereka meminta FA (selaku badan tertinggi dunia sepak bola inggris) untuk memainkan partai semifinal Piala FA antara Liverpool versus Everton pada 14 April.
Jelas ini juga menjadi kerugian buat kubu Chelsea jika harus bermain pada 15 April, karena 3 hari berikutnya mereka harus bertanding di Liga Champion melawan Barcelona. Namun, inilah dunia sepak bola, yang tidak selamanya memunculkan aroma kompetisi dan persaingan gelar.
Kubu Chelsea tidak mempermasalahkan pengunduran jadwal pertandingan semifinal, bahkan mereka melakukan penghormatan sebelum pertandingan dimulai.
Tragedi Serupa di Dunia Sepak Bola
Empat tahun sebelumnya kejadiaan naas serupa menimpa suporter Juventus saat mendukung timnya di Piala Champions (sekarang Liga Champions) juga melawan Liverpool di Hesyel. Peristiwa ini bermula dari fans masing-masing klub yang saling mengejek dan melecehkan.Lalu tiba-tiba sekitar satu jam sebelum kick off kelompok Hooligan Liverpool menerobos pembatas dan masuk ke wilayah tifosi Juventus. Tidak terjadi perlawanan dari tifosi Juventus, karena yang berada di bagian tersebut bukanlah kelompok Ultras.
Pendukung Juventus pun berusaha menjauh dan bertumpuk di salah satu sudut tribun, namun kemudian sebuah tragedi terjadi. Dinding pembatas di sektor itu pun rubuh tak kuasa menahan beban. 39 orang tewas dan sekitar 600 orang luka-luka akibat terjatuh dan tertimpa reruntuhan.
Buntut dari kejadian tersebut UEFA memberikan larangan bagi tim-tim liga Inggris untuk bermain di kancah Eropa. Ini menjadi pukulan bagi FA dan tim-tim peserta Liga Inggris, karena pada tahun tersebut tim-tim Liga Inggris sedang berjaya di level Eropa.
Hesyel dan Hillsborough merupakan dua kejadian terburuk dalam sepak bola dunia. Kejadian ini merupakan warisan penting dari perangkat keamanan dunia sepak bola, fasilitas yang menjamin keselamatan pun terus di tingkatkan untuk menghindari segala kemungkinan yang terjadi.
Buntut kejadian ini menuntut FA untuk bertindak cepat mengatasi hal serupa terulang. Regulasi dan penataan infrastruktur perangkat pertandingan terus ditingkatkan. Selain menambah beberapa aparat keamanan di sekeliling stadion, FA juga memutuskan untuk mencopot pagar pembatas penonton dan memperpendek jarak antara penonton dengan lapangan.
Keputusan yang sangat berani dari FA. Namun, ini merupakan keputusan yang sangat tepat. Secara psikologis, dekatnya jarak penonton dan pemain di lapangan membuat motivasi pemain bertambah saat bertanding.
Fans memberikan energi berlebih, karena tidak ada jarak saat mereka menonton. Penonton harus lebih dewasa pada saat mendukung tim kesayangannya, karena mereka bisa saja marah ketika timnya bermain jelek atau selalu kalah.
Bahkan para pendukung bisa saja masuk ke lapangan dan meluapkan kekesalannya kepada pemain. Tapi siapkah dengan sanksinya jika seseorang masuk atau berbuat onar di lapangan? Karena sekali melakukan tindakan bodoh di stadion, seorang pendukung dipastikan tidak dapat izin untuk menonton pertandingan secara langsung di seluruh stadion di Inggris.
Sekarang kita bisa melihat betapa majunya persepakbolaan di Inggris dan Eropa. Bahkan Liga Primer Inggris disebut-sebut sebagai kiblatnya dunia sepak bola. Tidak berlebihan memang jika menyebutkan kiblat dunia sepak bola kini berada di Inggris.
Sederet pemain bintang menjadi pemain kunci di beberapa klub Liga Inggris. Penonton dimanjakan dengan permainan atraktif dan memukau. Kita yang hanya menonton di televisi di buat terhipnotis dengan segala kemewahan pertandingan sepak bola, dibuat iri kita dengan nyanyian dukungan supporter untuk tim kesayangannya.
Mereka selalu mengisi akhir pekan mereka dengan suguhan yang luar biasa. Jika di akhir pekan ini mereka berada di salah satu sudut tribun untuk menonton pertandingan, mungkin akan merasakan hal yang lebih aman dan nyaman. Ini merupakan pelajaran penting.
Bahkan federasi tertinggi sepakbola FIFA pun menegaskan kerusuhan dan tragedi dalam dunia sepak bola merupakan tanggung seluruh elemen-elemen dalam dunia sepak bola. Ini menjadi pelajaran penting bagi panitia penyelenggara di setiap pertandingan untuk memperbaiki sistem dalam pengelolaan penonton dan menjadi pelajaran penting bagi para pendukung untuk bersikap lebih dewasa dalam mendukung tim sepak bolanya.
Kekerasan Dunia Sepak Bola Terburuk
Dalam dunia "si kulit bundar" terjadi banyak kekerasan yang tercatat sejarah. Berikut ini beberapa kekerasan tersebut.- Pada Mei 1964, 318 orang tewas akibat kerusuhan dalam pertandingan Peru-Argentina di Lima.
- Pada Juni 1968, lebih dari 70 orang tewas terinjak-injak usai pertandingan antara River Plate-Boca Juniors di Buenos Aires.
- Pada Januari 1971, 66 orang tewas dalam bentrok antar pendukung usai derbi Rangers-Celtic di Glasgow, Skotlandia.
- Pada Februari 1974, 49 orang tewas dalam kerusuhan dunia sepak bola di Kairo
- Pada Oktober 1982, lebih dari 300 tewas terinjak-injak di lorong sempit dan dingin usai pertandingan Spartak-Haarlem di Moskow.
- Pada Mei 1985, 56 orang tewas akibat kebakaran dalam pertandingan Bradford City-Lincoln City di Bradford, Inggris.
- Pada Mei 1985, 39 orang tewas saat pembatas penonton ambruk dalam pertandingan Liverpool-Juventus di Final Champions Cup Eropa di Stadion Heysel, Brussels.
- Pada Maret 1988, 93 orang tewas terinjak-injak saat menghindari badai salju di Stadion Nasional Nepal di Kathmandu.
- Pada April 1989, 96 tewas dalam laga Liverpool-Nottingham Forest di Sheffield.
- Pada Januari 1991, sedikitnya 40 orang tewas dalam kerusuhan usai pertandingan persahabatan di Orkney, Afrika Selatan.
- Pada Oktober 1996, 80 orang tewas terinjak-injak jelang laga penyisihan Piala Dunia antara Guatemala-Kosta Rika di Guatemala City.
- Pada April 2001, lebih dari 40 orang tewas di Stadion Ellis Park yang terlalu penuh di Johannesburg, Afrika Selatan.
0 comments
Post a Comment